Keberadaan seni budaya di Kabupaten Majalengka yang lainnya yaitu tari topeng yang keberadaannya tidak
lepas dari eksistensi kesenian wayang kulit. Bisa jadi perkembangannya beriringan, karena
masyarakat penggemar wayang kulit adalah juga penggemar tari topeng. Ada
kebiasaan, bahwa pesanan hiburan wayang kulit siang malam, pada siang hari disuguhi
hiburan topeng.
Sukarta adalah salah seorang penarit openg
yang juga berprofesi sebagai dalang wayang kulit.Ia merupakan keturunan Bapak Candra, seorang penggarap tari topeng
yang kemudian berkembang di pelosok wilayah Majalengka. Daerah-daerah yang
kemudian menjadi sentra tari topeng di Majalengka adalah Bongas Kecamatan Sumberjaya,
Randegan Kecamatan Jatitujuh, dan Beber Kecamatan Ligung.
Topeng yang berkembang di Majalengka merupakan
resapan budaya yang masuk dari wilayah Cirebon.Katakanlah bahwa topeng Cirebon
merupakan cikal bakal topeng di Majalengka.Bahkan topeng Cirebon selanjutny menjadi
inspirasi terciptanya topeng Sunda seperti topeng Rahwana, topeng Anjasmara,
dsb.
Tokoh tari topeng Cirebon waktu itu adalah
Ki Wentar.Nama sebenarnya adalah Sentana, namun karena ketenarannya maka ia dijuluki
Ki Wentar. Ia merupakan penari topeng
Istana Cirebon.
Ki Wentar mempunyai putera lima orang,
yaitu : Ma Mimik, Ma Nesih, Bapak Saca, Mah Amih, dan Ma Suji. Ma Mimik yang
terkenal dengan nama Nyi Perwati padaTahun 1962 mengajar tari di Bandung,
diantara murid-muridnya adalah Pa Ono
Sepuh. Ma Nesih mempunyai murid di Bandung, diantaranya Pa Enoch Atmadibrata.Bapak Saca kebetulan
tidak memiliki kemampuan menari topeng, namun ahli didalam menabuh kendang topeng.
Ma Amih (ibu dari Sukarta), pada Tahun 1959-1960 mengajar tari topeng di Bandung.
Sedangkan Ma Suji pernah menari topeng di luar negeri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa perkembangan tari topeng di Bandung bermula dari masuknya para penari topeng
dari Cirebon, dengan cara babarang, yaitu
ngamen dari rumah ke rumah.
Di Majalengka, Bapak Candra menurunkan kemampuan
menari topeng kepada beberapa murid yang diantaranya adalah anak-anaknya sendiri.Di
Beber tari topeng dikembangkan oleh Ma Nayem, yang kemudian diwariskan kepada Warniti,
Suanda dan Suhadi. Di Randegan dikembangkan oleh Ita Rawita.Tari topeng diiringi
oleh seperangkat gamelan pelog yang dimainkan oleh sejumlah pangrawit.
Baca Juga : Topeng Kenteng Wuwung Kawangi
SumberTulisan
:ProfilKesenianKabupatenMajalengka (DinasPemudaOlah Raga
KebudayaandanPariwisatKabuaptenMajalengka 2014)